Selasa, 17 Desember 2013

Macam-macam Karya Sastra

Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di Indonesia di dominasi oleh syair, pantun , gurindam dan hikayat .
a.    Syair
Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak . Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud).
b.    Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan . Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi . Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun “versi pendek” (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah “versi panjang” (enam baris atau lebih).
c.    Gurindam
Gurndam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal , masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
d.    Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat juang.

Contoh-Contoh Paragraf

1.      Paragraf Argumentasi 
       Memilih SMA tanpa pertimbangan yang matang hanya akan menambah pengangguran karena pelajaran di SMA tidak memberi bekal bekerja. Menurut Iskandar, sudah saatnya masyarakat mengubah paradigma agar lulusan SMP tidak latah masuk SMA. Kalau memang lebih berbakat pada jalur profesi sebaiknya memilih SMK. Dia mengingatkan sejumlah risiko bagi lulusan SMP yang sembarangan melanjutkan sekolah. Misalnya, lulusan SMP yang tidak mempunyai potensi bakat-minat ke jalur akademik sampai perguruan tinggi, tetapi memaksakan diri masuk SMA, dia tidak akan lulus UAN karena sulit mengikuti pelajaran di SMA. Tetapi tanpa lulus UAN mustahil bisa sampai perguruan tinggi.
2.      Paragraf persuasi 
             Sistem pendidikan di Indonesia yang dikembangkan sekarang ini masih belum memenuhi harapan. Hal ini dapat terlihat dari keterampilan membaca siswa kelas IV SD di Indonesia yang berada pada peringkat terendah di Asia Timur setelah Philipina, Thailand, Singapura, dan Hongkong. Selain itu, berdasarkan penelitian, rata-rata nilai tes siswa SD kelas VI untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA dari tahun ke tahun semakin menurun. Anak-anak di Indonesia hanya dapat menguasai 30% materi bacaan. Kenyataan ini disajikan bukan untuk mencari kesalahan penentu kebijakan, pelaksana pendidikan, dan keadaan yang sedang melanda bangsa, tapi semata-mata agar kita menyadari sistem pendidikan kita mengalami krisis. Oleh karena itu, semua pihak perlu menyelamatkan generasi mendatang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem pendidikan nasional.
3.      Paragraf Narasi
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa. Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga? 
Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.
4.      Paragraf deskripsi 
               Siang itu aku sedang duduk santai di sofa empuk di dalam apotik milikku yang baru saja dibuka. Apotik ini adalah impianku sejak aku kuliah di Farmasi dulu. Sekarang aku memandang puas pada usahaku selama ini. Aku bisa mendirikan apotik di kota kelahiranku. Apotik ini cukup luas, beberapa rak besar tempat obat-obatan berjejer rapi dengan kemasan-kemasan obat warna-warni yang disusun menurut khasiat obatnya. Pandangan saya tertuju pada rak buku di pojok ruangan yang berisi buku-buku tebal. Ku ambil satu buku yang disampulnya tertulis Informasi Spesialis Obat atau yang biasa disebut kalangan farmasi dengan buku ISO. Setelah ku pandangi aku tersenyum dan mengembalikannya ke tempat semula. Aku memandang lagi secara keseluruhan apotik ini, sebuah televisi 14 inci dan sebuah computer di meja kasir. Hembusan angin dari AC cukup membuat udara terasa sejuk di bulan Mei yang panas ini.
5.      Paragraf eksposisi
Cengkeh, pohon yang tetap hijau.sysygium aromatikum (eugenia-carllophulinta), asli di kepualauan maluku. kuncup bunganya yang belum terbuka ialah rempahnya yang penting. disamping pengguanaan terpenting sebagai rempah-rempah, kuncup bunganya yang berbentuk paku.
Jika sudah dikeringkan, dipakai di pulau jawa sebagai campuran tembakau, lebih-lebih sesudah tahun 1915 dengan pesatnya perusahaan rokok kretek di kudus dan di tempat-tempat selain itu. lalu, kadang-kadang sesudah digiling digunakan untuk mengharumkan kue, juga menghasilkan minyak uap yang digunakan sebagai bahan obat-obatan dan minyak wangi.

6.      Cerpen
#1
Kisah Si Gadis Desa hari ini. Hari ini Si Gadis Desa bersilaturahmi ke rumah salah seorang kerabatnya (seorang nenek berumur sekitar 60 tahun, sebut saja namanya Maryam) bersama beberapa anggota keluarga. Disana Si Gadis Desa dan anggota keluarganya itu...pun memperhatikan nenek Maryam yang bercerita dengan antusias. Meskipun sebagian anggota keluarga sudah mengetahui cerita itu, semua keluarga yang ada ditempat itu tetap seksama menyimak cerita nenek Maryam. Beberpa penggalan cerita nenek Maryam:
"aku bahagia menikah dengan kakek Abdullah (suaminya) aku sangat taat padanya, karena dia sangat menyayangiku sejak kita belum menikah dan aku sudah yatim. Kalian juga tahu kakek Abdullah jatuh sakit dan lumpuh 2tahun kemarin itu, dia bahkan kembali seperti anak-anak yang suka memanja dalam keadaan seperti itu. Saat itu aku sudah mulai merasa tidak nyaman dengan bagian kepala ini (sembari memegang bagian kepalanya yang di perban biar tidak tersentuh tangan). Dan aku pun masih tetap taat padanya meski kakek Abdullah sudah seperti itu. Aku merawat kakek hingga kakek Abdullah pun dipanggil oleh-Nya, aku pun tidak menangis karena aku yakin itu yang terbaik untuknya. Beberapa hari lalu. Setelah kakek meninggal, benjolan di kepala ini pun mulai membesar dan dokter bilang ini adalah tumor namun tak bisa dioperasi (karena beberapa alasan tertentu). Ketika seseorang datang menjengukku, aku katakan padanya kurang sabar apa aku ini? Dia pun menjawab, dia bilang "nek yang sabar ya? Yang penting apa yang sudah kita kerjakan selama hidup dan nenek adalah orang yang baik". Dan aku pun tersenyum".
#2
Di perjalanan pulang ngobrol dengan orang yang menyetir kendaraannya............berikut penggalannya:
Si Gadis Desa, " apa yang membuat mas begitu semangat bekerja bahkan mas hanya tidur sebentar dan hanya istirahat di saat shalat saja? Seakan mas ini gak punya rasa capek !"
Mas, "karena aku ingin anak ku di masa depan hidupnya jauh lebih baik dari aku, dan kau tau apa yang paling membuatku marah? Yaitu saat aku pulang dan anakku belum menunaikan shalat wajib (mengulur waktu shalat). Karena aku bekerja agar anakku tau semua itu!"
Semua itu biasa, tidaklah sempurna, tapi apa aku bisa seperti mereka?
.... Airmata itupun tak tertahan lagi..............
|Si Gadis Desa|
*Astaghfirullah wa atubu ilaih
Ya Allah, mohon masukkanlah kami ke golongan orang-orang yang penyabar.
Aamiin

Karya: Kasih Jingga
“Nisa…. Menikahlah denganku. Akan kulunasi semua hutang ayahmu di lima bank itu,” pinta Arman.
Nisa tidak menjawab. Kepalanya semakin tertunduk untuk menyembunyikan wajahnya dari pandangan pria di hadapannya. Bulir – bulir bening telah menyeruak keluar dari mata indahnya. Nisa menangis.
Hati Nisa remuk kala itu juga. Ternyata ini tujuan utama dari pertemuan yang telah dirancang oleh orang tuanya. Sebuah perjodohan dengan syarat yang menurut Nisa sangat absurd. Seharusnya orang tuanya tidak mengorbankan dirinya hanya untuk kepentingan hutang piutang.
Hidup memang belum cukup adil untuk Nisa. Tapi ia harus tetap menjalaninya, demi keluarga.

***
Teruntuk kekasih hatiku… Gerbang itu hanya sejengkal lagi dari hadapanku. Namun aku seolah tak bisa menjangkaunya. Tupai – tupai nakal sudah menggodaku untuk segera melangkah. Meninggalkanmu dalam kesendirian. Aku pergi bukan karena tak setiaku. Aku pergi bukan karena bosan dengan sayangmu. Mereka telah menukar diriku demi sebuah pengampunan. Mereka menganggapku tak ubahnya seperti barang dagangan. Aku takut… marah… sedih… kecewa… dan sakit…. Tak bisa aku dengan lantang berteriak dan menggeram. Aku berkubang dalam lumpur yang mereka sebut sebagai bakti. Dan aku tak bisa memintamu untuk menarikku dari kubangan lumpur yang pekat ini. Dan aku memang pergi bukan karena tak setiaku atau bosan dengan sayangmu. Jadi janganlah kau menangisi diriku. Jangan kau jual pula harga dirimu demi mendapatkan diriku kembali. Karena, walau raga ini menjadi milik seseorang di sana, tapi hatiku selalu untuk dirimu…
Nisa melipat kertas surat itu dan memasukkannya ke dalam amplop. Esok, setelah Arman berangkat ke kantor, ia akan pergi ke kantor pos untuk mengirimkan surat itu untuk Beni.
***

Plaaakk!!!

“Apa kau bilang? Kau ingin berpisah denganku?! Meski berjuta – juta kali kau minta hal itu dariku, aku tidak akan pernah mengabulkan keinginanmu,” teriak Arman.

Nisa terpojok di sudut kamar, terduduk sambil memegangi pipinya yang pedih terkena tamparan Arman. Sambil terisak ia terus membela diri.
“Tapi apalagi yang bisa dipertahankan dari pernikahan ini? Dari awal saja, niat kita menikah bukan karena cinta, Mas.”
“Peduli apa soal cinta?! Kalau aku tidak menyelamatkan keuangan keluargamu, mungkin kau sudah berakhir menjadi tukang cuci piring di warung makan. Dan meskipun aku sudah melunasi hutang – hutang ayahmu di bank, aku masih bisa membuat keluargamu terpuruk di dasar jurang kemiskinan yang paling dalam. Camkan itu, Nisa!! Kau tidak mungkin lari dariku!!”

***

Nisa mengambil sebuah cangkir dari rak piring. Ia lalu mengisi cangkir itu dengan kopi dan gula dan diseduh dengan air panas. Ia mengaduk kopi dengan tenang dan disertai senyum yang jarang sekali ia perlihatkan.
Nisa merogoh saku celananya dan mengambil sebuah botol kecil berisi cairan bening. Ia membuka tutup botol itu dan meneteskan cairan bening itu ke dalam cangkir. Kemudian ia mengaduk lagi kopi itu untuk terakhir kalinya.

Nisa berjalan ke ruang makan sambil membawa cangkir berisi kopi itu.
“Ini kopinya, Mas. Silahkan diminum.”
“Iya, makasih,” sahut Arman sambil terus membaca koran.
Arman tidak memperhatikan bahwa sedari tadi Nisa memakai sarung tangan plastik yang biasa digunakan ketika hendak mengolah ikan laut.
Nisa kembali menuju dapur. Ia mengambil seikat kangkung yang tadi dibelinya di pasar. Ia dengan santainya memotong – motong batang kangkung.
Setelah beberapa menit, tiba – tiba terdengar bunyi berdebam yang cukup keras. Seperti ada benda berat yang jatuh ke lantai. Tapi Nisa tidak segera mencari tahu asal bunyi itu. Ia hanya menunggu beberapa menit sambil memandang pemandangan di luar jendela dapur. Ia sudah tidak menyentuh kangkung itu lagi.
Beberapa menit sudah berlalu, Nisa beranjak menuju kamarnya. Ia membuka lemari dan mengambil sebuah tas jinjing yang tak terlalu besar. Tas itu berisi beberapa potong baju dan uang tunai 10 juta.
Nisa keluar kamar dan berdiri memandang ke arah meja makan. Di lantai ada sesosok tubuh yang sudah tidak bergerak dan mulutnya mengeluarkan busa berwarna putih. Nisa merogoh saku celananya lagi dan memandang botol kecil berisi obat tetes mata itu sambil tersenyum.
Rencana Nisa sudah berhasil. Kini ia bisa pergi dengan bebas.
Karya: Sekar Mayang (Cirebon – 131111)
Sumber: http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2011/11/13/cerita-nisa-aku-bukan-siti-nurbaya/
7.      Puisi
a.      Puisi Untuk Ibu : Bait - bait Rindu Untuk Ibu
Karya : Pijan Vijan Label

Ibu....
Ini aku anakmu
Perempuan yang dulu membebanimu selama sembilan bulan
Merampas lelapmu pada malammalam
Ketika aku masih menjadi gumpalan daging bernyawa di rahimmu,
Pun saat aku pertama kali menghirup nafas di bentang fana ini
Setelah kau bertarung antara hidup  mati
Aku hanya mampu memberimu gelisah dan cemas
Tapi letihmu tak pernah kudengar sebagai nyanyian keluh

Ibu...
Ini aku anakmu
Yang bangga menjadi dewasa dalam asuhanmu
Sebelum kau lepas aku ke tanah rantau dan kini tengah merindukanmu

Aku ingin pulang
Menghitung jumlah kerutan di wajahmu seperti kemarin
Telahkah bertambah?
Satu garis membuatku mengenang setiap detik dan menit yang kau lalui
Untuk aku anakmu
Satu garis membuatku takut menyianyiakan waktu atas baktiku

Esok, lusa, atau nanti
Tuhan pasti akan mengambil salah satu dari kita
Aku takut,,, teramat takut jika waktu itu tiba
Setetes air susumu belum sempat ku balas
Aku takut teramat sangat takut jika hari itu datang
Aku belum sempat mewujudkan mimpimu melihatku memakai toga

Tuhan,,, jagalah ibuku
Dan terimalah tulus rinduku sebagai jaminan atas doaku...
b.      Sekeping Hati yang Terbuang


http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/paragraf-persuasi.html