Education
Minggu, 12 Januari 2014
Sabtu, 11 Januari 2014
Macam-macam Majas
Majas adalah bahasa kias atau pengungkapan gaya
bahasa yang dalam pemakaiannya bertujuan untuk memperoleh efek-efek tertentu
agar tercipta sebuah kesan imajinatif bagi penyimak atau pendengarnya. Seorang
penulis sastra juga terkadang terkenal dengan tulisan-tulisan majas dalam
karyanya. Dalam hal ini seorang penulis sastra dalam menyampaikan pikiran dan
perasan, baik secara lisan dan tertulis kerap menyampaikannya dengan bahasa
majas yang khas.
Majas
dapat digolongkan sebagai berikut.
1.
Majas perbandingan
Majas perbandingan terdiri dari 4 jenis, yaitu:
a.
Majas Perumpamaan
Perumpamaan adalah perbandingan
dua hal yang pada hakikatnya berkaitan dan yang sengaja dianggap sama.
Perumpamaan secara eksplisit
dinyatakan dengan kata seperti, bak, bagai, ibarat, penaka, sepantun, laksana,
umpama.
b.
Metafora
Metafora adalah perbandingan yang
implisit. Jadi, tanpa kata pembanding di antara dua hal yang berbeda. Dengan
kata lain, metafora yaitu majas yang berupa kiasan persamaan antara benda yang
diganti namanya dengan benda yang menggantinya.
c.
Personifikasi
Personifikasi adalah majas
perbandingan yang menuliskan benda-benda mati menjadi seolah-olah hidup, dapat
berbuat, atau bergerak.
d.
Alegori
Alegori pada umumnya menganding
sifat-sifat moral manusia.
2.
Majas Pertentangan
Majas pertentangan terbagi menjadi 7 macam, yaitu:
a.
Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang
menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan.
b.
Litotes
Litotes adalah majas yang
menyatakan kebalikan daripada hiperbola, yaitu menyatakan sesuatu dengan
memperkecil atau memperhalus keadaan. Majas litotes disebut juga hiperbola
negatif.
c.
Ironi
Ironi adalah majas yang
menyatakan makna yang berlawanan atau bertentangan, dengan maksud menyindir.
Ironi disebut juga majas sindiran.
d.
Antonomasia
Antonomasia adalah penyebutan
terhadap seseorang berdasarkan ciri khusus yang dimilikinya.
e.
Oksimoron
Oksimoron adalah pengungkapan
yang mengandung pendirian/pendapat terhadap sesuatu yang mengandung hal-hal
yang bertentangan.
f.
Paradoks
Paradoks adalah pengungkapan
terhadap suatu kenyataan yang seolah-olah bertentangan, tetapi mengandung
kebenaran.
g.
Kontradiksio
Kontradiksio adalah pengungkapan
yang memperlihatkan pertentangan dengan yang sudah dikatakan lebih dulu sebagai
pengecualian.
3.
Majas Pertautan
Majas pertautan dibedakan menjadi:
a.
Metonimia
Metonimia adalah majas yang
memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang atau hal,
sesuai penggantinya.
b.
Sinekdok
Sinekdok adalah majas yang
menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya.
c.
Alusio
Alusio adalah majas yang menunjuk
secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau hal dengan menggunakan peribahasa
yang sudah umum ataupun mempergunakan sampiran pantun yang isinya sudah
dimaklumi. Majas ini disebut juga majas kilatan.
d.
Eufemisme
Eufemisme adalah majas kiasan halus sebagai
pengganti ungkapan yang terasa kasar dan tidak menyenangkan. Eufemisme
digunakan untuk menghindarkan diri dari sesuatu yang dianggap tabu atau
menggantikan kata lain dengan maksud bersopan santun.
Sumber:
http://mulanovich.blogspot.com/2013/01/kumpulan-majas-gaya-bahasa-beserta.html#ixzz2q6TxjjwU
Selasa, 17 Desember 2013
Macam-macam Karya Sastra
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum
abad ke-20. Pada masa ini karya satra di Indonesia di dominasi oleh syair,
pantun , gurindam dan hikayat .
a.
Syair
Syair adalah puisi atau karangan
dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak . Biasanya terdiri dari 4
baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud
penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud).
b. Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis
puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa
Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan . Lazimnya pantun terdiri atas empat
larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b
(tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan
sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas
dua bagian: sampiran dan isi . Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali
berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan
biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain
untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan
tujuan dari pantun tersebut.
Karmina dan talibun merupakan
bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina
merupakan pantun “versi pendek” (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah
“versi panjang” (enam baris atau lebih).
c.
Gurindam
Gurndam adalah satu bentuk puisi
Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama,
yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal ,
masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya atau akibat dari
masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
d.
Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra
prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan
dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang
lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.Sebuah hikayat dibacakan
sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat juang.
Contoh-Contoh Paragraf
1. Paragraf Argumentasi
Memilih SMA tanpa
pertimbangan yang matang hanya akan menambah pengangguran karena pelajaran di
SMA tidak memberi bekal bekerja. Menurut Iskandar, sudah saatnya masyarakat
mengubah paradigma agar lulusan SMP tidak latah masuk SMA. Kalau memang lebih
berbakat pada jalur profesi sebaiknya memilih SMK. Dia mengingatkan sejumlah
risiko bagi lulusan SMP yang sembarangan melanjutkan sekolah. Misalnya, lulusan
SMP yang tidak mempunyai potensi bakat-minat ke jalur akademik sampai perguruan
tinggi, tetapi memaksakan diri masuk SMA, dia tidak akan lulus UAN karena sulit
mengikuti pelajaran di SMA. Tetapi tanpa lulus UAN mustahil bisa sampai
perguruan tinggi.
2. Paragraf persuasi
Sistem
pendidikan di Indonesia yang dikembangkan sekarang ini masih belum memenuhi
harapan. Hal ini dapat terlihat dari keterampilan membaca siswa kelas IV SD di
Indonesia yang berada pada peringkat terendah di Asia Timur setelah Philipina,
Thailand, Singapura, dan Hongkong. Selain itu, berdasarkan penelitian,
rata-rata nilai tes siswa SD kelas VI untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia,
Matematika, dan IPA dari tahun ke tahun semakin menurun. Anak-anak di Indonesia
hanya dapat menguasai 30% materi bacaan. Kenyataan ini disajikan bukan untuk
mencari kesalahan penentu kebijakan, pelaksana pendidikan, dan keadaan yang
sedang melanda bangsa, tapi semata-mata agar kita menyadari sistem pendidikan kita
mengalami krisis. Oleh karena itu, semua pihak perlu menyelamatkan generasi
mendatang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem pendidikan
nasional.
3. Paragraf Narasi
Aku tersenyum sambil mengayunkan
langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku
bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba
memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa. Wangi kayu cadar yang
terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang
kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di
hadapanku, akankah kurindui juga?
Ada yang berdegup keras di dalam
dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku,
jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu
dengan segenap cintanya.
4. Paragraf deskripsi
Siang itu aku sedang duduk santai di sofa empuk di dalam apotik milikku yang
baru saja dibuka. Apotik ini adalah impianku sejak aku kuliah di Farmasi dulu.
Sekarang aku memandang puas pada usahaku selama ini. Aku bisa mendirikan apotik
di kota kelahiranku. Apotik ini cukup luas, beberapa rak besar tempat
obat-obatan berjejer rapi dengan kemasan-kemasan obat warna-warni yang disusun
menurut khasiat obatnya. Pandangan saya tertuju pada rak buku di pojok ruangan
yang berisi buku-buku tebal. Ku ambil satu buku yang disampulnya tertulis
Informasi Spesialis Obat atau yang biasa disebut kalangan farmasi dengan buku
ISO. Setelah ku pandangi aku tersenyum dan mengembalikannya ke tempat semula.
Aku memandang lagi secara keseluruhan apotik ini, sebuah televisi 14 inci dan
sebuah computer di meja kasir. Hembusan angin dari AC cukup membuat udara
terasa sejuk di bulan Mei yang panas ini.
5. Paragraf eksposisi
Cengkeh, pohon yang tetap
hijau.sysygium aromatikum (eugenia-carllophulinta), asli di kepualauan maluku.
kuncup bunganya yang belum terbuka ialah rempahnya yang penting. disamping
pengguanaan terpenting sebagai rempah-rempah, kuncup bunganya yang berbentuk
paku.
Jika sudah dikeringkan, dipakai
di pulau jawa sebagai campuran tembakau, lebih-lebih sesudah tahun 1915 dengan
pesatnya perusahaan rokok kretek di kudus dan di tempat-tempat selain itu.
lalu, kadang-kadang sesudah digiling digunakan untuk mengharumkan kue, juga
menghasilkan minyak uap yang digunakan sebagai bahan obat-obatan dan minyak
wangi.
6. Cerpen
#1
Kisah Si Gadis Desa hari ini. Hari ini Si Gadis Desa bersilaturahmi ke rumah salah seorang kerabatnya (seorang nenek berumur sekitar 60 tahun, sebut saja namanya Maryam) bersama beberapa anggota keluarga. Disana Si Gadis Desa dan anggota keluarganya itu...pun memperhatikan nenek Maryam yang bercerita dengan antusias. Meskipun sebagian anggota keluarga sudah mengetahui cerita itu, semua keluarga yang ada ditempat itu tetap seksama menyimak cerita nenek Maryam. Beberpa penggalan cerita nenek Maryam:
Kisah Si Gadis Desa hari ini. Hari ini Si Gadis Desa bersilaturahmi ke rumah salah seorang kerabatnya (seorang nenek berumur sekitar 60 tahun, sebut saja namanya Maryam) bersama beberapa anggota keluarga. Disana Si Gadis Desa dan anggota keluarganya itu...pun memperhatikan nenek Maryam yang bercerita dengan antusias. Meskipun sebagian anggota keluarga sudah mengetahui cerita itu, semua keluarga yang ada ditempat itu tetap seksama menyimak cerita nenek Maryam. Beberpa penggalan cerita nenek Maryam:
"aku bahagia menikah dengan kakek Abdullah (suaminya) aku sangat
taat padanya, karena dia sangat menyayangiku sejak kita belum menikah dan aku
sudah yatim. Kalian juga tahu kakek Abdullah jatuh sakit dan lumpuh 2tahun
kemarin itu, dia bahkan kembali seperti anak-anak yang suka memanja dalam
keadaan seperti itu. Saat itu aku sudah mulai merasa tidak nyaman dengan bagian
kepala ini (sembari memegang bagian kepalanya yang di perban biar tidak
tersentuh tangan). Dan aku pun masih tetap taat padanya meski kakek Abdullah
sudah seperti itu. Aku merawat kakek hingga kakek Abdullah pun dipanggil
oleh-Nya, aku pun tidak menangis karena aku yakin itu yang terbaik untuknya. Beberapa
hari lalu. Setelah kakek meninggal, benjolan di kepala ini pun mulai membesar
dan dokter bilang ini adalah tumor namun tak bisa dioperasi (karena beberapa
alasan tertentu). Ketika seseorang datang menjengukku, aku katakan padanya
kurang sabar apa aku ini? Dia pun menjawab, dia bilang "nek yang sabar ya?
Yang penting apa yang sudah kita kerjakan selama hidup dan nenek adalah orang
yang baik". Dan aku pun tersenyum".
#2
Di perjalanan pulang ngobrol dengan orang yang menyetir kendaraannya............berikut penggalannya:
Di perjalanan pulang ngobrol dengan orang yang menyetir kendaraannya............berikut penggalannya:
Si Gadis Desa, " apa yang membuat mas begitu semangat bekerja bahkan
mas hanya tidur sebentar dan hanya istirahat di saat shalat saja? Seakan mas
ini gak punya rasa capek !"
Mas, "karena aku ingin anak ku di masa depan hidupnya jauh lebih baik
dari aku, dan kau tau apa yang paling membuatku marah? Yaitu saat aku pulang
dan anakku belum menunaikan shalat wajib (mengulur waktu shalat). Karena aku
bekerja agar anakku tau semua itu!"
Semua itu biasa, tidaklah sempurna, tapi apa aku bisa seperti mereka?
.... Airmata itupun tak tertahan lagi..............
.... Airmata itupun tak tertahan lagi..............
|Si Gadis Desa|
*Astaghfirullah wa atubu ilaih
Ya Allah, mohon masukkanlah kami ke golongan orang-orang yang penyabar.
Aamiin
Karya: Kasih Jingga
Ya Allah, mohon masukkanlah kami ke golongan orang-orang yang penyabar.
Aamiin
Karya: Kasih Jingga
“Nisa…. Menikahlah denganku. Akan kulunasi semua hutang ayahmu di lima
bank itu,” pinta Arman.
Nisa tidak menjawab. Kepalanya semakin tertunduk untuk menyembunyikan
wajahnya dari pandangan pria di hadapannya. Bulir – bulir bening telah
menyeruak keluar dari mata indahnya. Nisa menangis.
Hati Nisa remuk kala itu juga. Ternyata ini tujuan utama dari pertemuan
yang telah dirancang oleh orang tuanya. Sebuah perjodohan dengan syarat yang
menurut Nisa sangat absurd. Seharusnya orang tuanya tidak mengorbankan dirinya
hanya untuk kepentingan hutang piutang.
Hidup memang belum cukup adil untuk Nisa. Tapi ia harus tetap
menjalaninya, demi keluarga.
***
***
Teruntuk kekasih hatiku… Gerbang itu hanya sejengkal lagi dari hadapanku.
Namun aku seolah tak bisa menjangkaunya. Tupai – tupai nakal sudah menggodaku
untuk segera melangkah. Meninggalkanmu dalam kesendirian. Aku pergi bukan
karena tak setiaku. Aku pergi bukan karena bosan dengan sayangmu. Mereka telah
menukar diriku demi sebuah pengampunan. Mereka menganggapku tak ubahnya seperti
barang dagangan. Aku takut… marah… sedih… kecewa… dan sakit…. Tak bisa aku
dengan lantang berteriak dan menggeram. Aku berkubang dalam lumpur yang mereka
sebut sebagai bakti. Dan aku tak bisa memintamu untuk menarikku dari kubangan
lumpur yang pekat ini. Dan aku memang pergi bukan karena tak setiaku atau bosan
dengan sayangmu. Jadi janganlah kau menangisi diriku. Jangan kau jual pula
harga dirimu demi mendapatkan diriku kembali. Karena, walau raga ini menjadi
milik seseorang di sana, tapi hatiku selalu untuk dirimu…
Nisa melipat kertas surat itu dan memasukkannya ke dalam amplop. Esok,
setelah Arman berangkat ke kantor, ia akan pergi ke kantor pos untuk
mengirimkan surat itu untuk Beni.
***
Plaaakk!!!
“Apa kau bilang? Kau ingin berpisah denganku?! Meski berjuta – juta kali kau minta hal itu dariku, aku tidak akan pernah mengabulkan keinginanmu,” teriak Arman.
Nisa terpojok di sudut kamar, terduduk sambil memegangi pipinya yang pedih terkena tamparan Arman. Sambil terisak ia terus membela diri.
Plaaakk!!!
“Apa kau bilang? Kau ingin berpisah denganku?! Meski berjuta – juta kali kau minta hal itu dariku, aku tidak akan pernah mengabulkan keinginanmu,” teriak Arman.
Nisa terpojok di sudut kamar, terduduk sambil memegangi pipinya yang pedih terkena tamparan Arman. Sambil terisak ia terus membela diri.
“Tapi apalagi yang bisa dipertahankan dari pernikahan ini? Dari awal
saja, niat kita menikah bukan karena cinta, Mas.”
“Peduli apa soal cinta?! Kalau aku tidak menyelamatkan keuangan
keluargamu, mungkin kau sudah berakhir menjadi tukang cuci piring di warung
makan. Dan meskipun aku sudah melunasi hutang – hutang ayahmu di bank, aku
masih bisa membuat keluargamu terpuruk di dasar jurang kemiskinan yang paling
dalam. Camkan itu, Nisa!! Kau tidak mungkin lari dariku!!”
***
Nisa mengambil sebuah cangkir dari rak piring. Ia lalu mengisi cangkir itu dengan kopi dan gula dan diseduh dengan air panas. Ia mengaduk kopi dengan tenang dan disertai senyum yang jarang sekali ia perlihatkan.
***
Nisa mengambil sebuah cangkir dari rak piring. Ia lalu mengisi cangkir itu dengan kopi dan gula dan diseduh dengan air panas. Ia mengaduk kopi dengan tenang dan disertai senyum yang jarang sekali ia perlihatkan.
Nisa merogoh saku celananya dan mengambil sebuah botol kecil berisi
cairan bening. Ia membuka tutup botol itu dan meneteskan cairan bening itu ke
dalam cangkir. Kemudian ia mengaduk lagi kopi itu untuk terakhir kalinya.
Nisa berjalan ke ruang makan sambil membawa cangkir berisi kopi itu.
Nisa berjalan ke ruang makan sambil membawa cangkir berisi kopi itu.
“Ini kopinya, Mas. Silahkan diminum.”
“Iya, makasih,” sahut Arman sambil terus membaca koran.
Arman tidak memperhatikan bahwa sedari tadi Nisa memakai sarung tangan
plastik yang biasa digunakan ketika hendak mengolah ikan laut.
Nisa kembali menuju dapur. Ia mengambil seikat kangkung yang tadi
dibelinya di pasar. Ia dengan santainya memotong – motong batang kangkung.
Setelah beberapa menit, tiba – tiba terdengar bunyi berdebam yang cukup
keras. Seperti ada benda berat yang jatuh ke lantai. Tapi Nisa tidak segera
mencari tahu asal bunyi itu. Ia hanya menunggu beberapa menit sambil memandang
pemandangan di luar jendela dapur. Ia sudah tidak menyentuh kangkung itu lagi.
Beberapa menit sudah berlalu, Nisa beranjak menuju kamarnya. Ia membuka
lemari dan mengambil sebuah tas jinjing yang tak terlalu besar. Tas itu berisi
beberapa potong baju dan uang tunai 10 juta.
Nisa keluar kamar dan berdiri memandang ke arah meja makan. Di lantai ada
sesosok tubuh yang sudah tidak bergerak dan mulutnya mengeluarkan busa berwarna
putih. Nisa merogoh saku celananya lagi dan memandang botol kecil berisi obat
tetes mata itu sambil tersenyum.
Rencana Nisa sudah berhasil. Kini ia bisa pergi dengan bebas.
Karya: Sekar Mayang (Cirebon – 131111)
Sumber:
http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2011/11/13/cerita-nisa-aku-bukan-siti-nurbaya/
7. Puisi
a.
Puisi Untuk Ibu : Bait - bait Rindu Untuk Ibu
Karya : Pijan
Vijan Label
Ibu....
Ini aku anakmu
Ini aku anakmu
Perempuan yang dulu membebanimu selama sembilan bulan
Merampas lelapmu pada malammalam
Ketika aku masih menjadi gumpalan daging bernyawa di
rahimmu,
Pun saat aku pertama kali menghirup nafas di bentang
fana ini
Setelah kau bertarung antara hidup mati
Aku hanya mampu memberimu gelisah dan cemas
Tapi letihmu tak pernah kudengar sebagai nyanyian
keluh
Ibu...
Ini aku anakmu
Yang bangga menjadi dewasa dalam asuhanmu
Sebelum kau lepas aku ke tanah rantau dan kini tengah
merindukanmu
Aku ingin pulang
Menghitung jumlah kerutan di wajahmu seperti kemarin
Telahkah bertambah?
Satu garis membuatku mengenang setiap detik dan menit
yang kau lalui
Untuk aku anakmu
Satu garis membuatku takut menyianyiakan waktu atas
baktiku
Esok, lusa, atau nanti
Tuhan pasti akan mengambil salah satu dari kita
Aku takut,,, teramat takut jika waktu itu tiba
Setetes air susumu belum sempat ku balas
Aku takut teramat sangat takut jika hari itu datang
Aku belum sempat mewujudkan mimpimu melihatku memakai
toga
Tuhan,,, jagalah ibuku
Dan terimalah tulus rinduku sebagai jaminan atas
doaku...
b.
Sekeping Hati yang Terbuang
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/paragraf-persuasi.html
Langganan:
Komentar (Atom)

